Kamis, 17 Juni 2010

Overekspresi Gen Scrose Transporter (SUT) pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) untuk peningkatan kandungan sukrosa

1 komentar

BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang

Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan akibat penurunan rendemen gula ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi produsen gula sekaligus eksportir gula, berubah menjadi importir gula terbesar. Upaya menyelematkan kandungan gula atau sukrosa dalam batang tebu memerlukan penanganan seoptimal mungkin. Namun usaha meningkatkan mutu tanaman tebu dengan cara konvensional (persilangan antar tanaman) memerlukan waktu yang lama. Perkembangan bioteknologi memberikan alternatif lain dalam usaha peningkatan mutu tanaman yaitu dengan transformasi gen. Keberhasilan teknologi ini sangat mendorong kemajuan rekayasa genetik dalam memodifikasi materi genetik utamanya dalam memasukkan gen-gen penyandi sifat-sifat unggul dalam suatu organisme.


Penerapan teknik ini telah menghasilkan tanaman kedelai transgenik yang toleran terhadap herbisida (Marveldani et al., 2007). Transformasi gen menggunakan Agrobacterium tumefaciens berhasil dilakukan pada kalus tebu (Fitranty et al., 2003) dan pada eksplan padi yang dikaluskan (Toki et al., 2006) namun dilaporkan pada saat pengkulturan, kalus atau eksplan transforman yang diperoleh dapat mengalami perubahan gen seiring dengan proses regenerasinya. Perubahan gen ini disebut variasi somaklonal. Kandungan sukrosa pada tanaman tebu telah berhasil dilakukan dengan memasukkan gen Sucrose Phosphate Synthase (SPS) yang dilakukan Miswar et al. (2007). Selain SPS yang mampu mengkatalisis pembentukan sukrosa, dapat juga memasukkan gen Sucrose Transporter (SUT). Metode yang ditempuh adalah overekspresi gen. Dalam tanaman tebu telah diidentifikasi bahwa enzim SPS merupakan enzim kunci untuk sintesis sukrosa dan SUT adalah protein yang bertindak sebagai translokator sukrosa dari organ pembuat (source) sukrosa ke organ penyimpan (sink) sukrosa.


Dengan meningkatkan aktivitas sintesis sukrosa dan translokasi sukrosa dengan overekspresi gen SPS dan SUT diharapkan dapat diciptakan varietas tebu baru dengan produksi gula tinggi. Saat ini tebu transgenik overekspresi SPS telah didapat dan kedepan akan ditambahkan / overekspresi gen SUT (Sugiharto, 2010).
Di sini Sucrose Transporter (SUT) merupakan protein yang menentukan transport sukrosa dari daun sebagai tempat asimilasi sukrosa ke tempat jaringan yang memerlukan atau ke tempat organ penyimpanan (sink). Transformasi SUT dilakukan dengan menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain GV3101 dan LBA4404 yang mengandung vektor pCAMBIA dan promotor CaMV35S. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan kandungan sukrosa sehingga memperoleh tanaman tebu yang memiliki sifat unggul.

Rumusan Masalah
Seberapa besar pengaruh overekspresi gen Sucrose Transporter (SUT) pada tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) sehingga mampu meningkatkan kandungan sukrosa?
Jenis eksplan apakah yang paling tepat dan efesien untuk bahan tranformasi?

Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
Untuk meningkatkan kandungan sukrosa pada tebu.
Untuk mencari jenis eksplan yang tepat dan efesien untuk bahan transformasi.

Manfaat
Keberhasilan overekspresi dan transformasi gen Sucrose Transporter (SUT) pada tebu dalam penelitian ini dapat meningkatkan kandungan sukrosa pada tanaman tebu budidaya.  
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Aktifitas Sucrose Transporter (SUT)
Sukrosa transporter memiliki peran sentral, karena mengatur alokasi sukrosa baik intra maupun di tingkat tanaman secara keseluruhan. Menurut Slameto (2010) dalam disertasinya yang berjudul “Kloning dan Karakterisasi Ekspresi Gen Famili Sucrose Transporter (SUT) pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) bahwa SUT merupakan protein yang menentukan transport sukrosa dari daun sebagai tempat asimilasi sukrosa ke tempat jaringan yang memerlukan atau ke tempat organ penyimpanan (sink).
Banyak tanaman yang mengandung Sucrose Transporter (SUTs) atau juga dikenal sebagai pembawa sukrosa yaitu Sucrose Carriers (SUCs), yang mungkin memiliki fungsi yang berbeda dalam floem loading dan unloading atau translokator sukrosa ke tempat organ penyimpanan (sink).
Menurut Eckardt (2003) peneliti terdahulu telah mentransfer SUT2 ke membran plasma SE dalam tomat (LeSUT2), pisang (PmSUC3) dan Arabidopsis (AtSUC3), kentang (StSUT2), dan jagung (ZmSUT1).
Meyer et al. (2000) memberikan lebih rinci karakterisasi Arabidopsis protein, yang mereka sebut AtSUC3. Barker et al. (2000) dalam hipotesisnya menyatakan bahwa LeSUT2 dan AtSUT2/SUC3 berfungsi sebagai sensor sukrosa dalam sieve element, berdasarkan perbandingan tanaman sukrosa transporter dengan famili yang berkarakter sensor glukosa dalam ragi.

Bakteri Agrobacterium tumefaciens
Agrobacterium merupakan bakteri tanah anggota famili Rhizobiaceae, gram negatif berbentuk batang (Smith, E. F dan Townsend, 1907), tidak memiliki endospora dan tubuhnya dikelilingi oleh sedikit flagella (Old dan Primose, 2003). Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dengan mentransfer DNA ke genom tanaman yang secara alami hanya menginfeksi tanaman dikotil (De Ia Riva et al., 1998). Namun, telah ditemukan dari beberapa penelitian terdahulu bahwa Agrobacterium efesien untuk transformasi gen pada tanaman monokotil, angiospermae maupun gymnospermae (Toki et al., 2006).
A. tumefaciens memiliki kemampuan untuk menstransfer partikular DNA (T-DNA) yang merupakan bagian dari plasmid Ti (tumor-inducing plasmid) ke dalam inti sel tanaman yang diinfeksi (Binns and Thomashaw, 1988). Kemampuan menstransfer DNA tersebut disebabkan A. tumefaciens memiliki komponen genetik penting yang terlibat dalam proses transformasi gen antara lain: kromosom gen virulen (chv), gen virulen (vir), dan T-DNA yang terdapat dalam plasmid Ti (Rahmawati, 2006). Kromosom gen virulen pada kromosom Agrobacterium dan berfungsi dalam pelekatan bakteri dengan sel tanaman. Gen vir terdapat dalam plasmid Ti yang mempunyai ukuran 200-800 kbp. Plasmid Ti ini mengandung beberapa lokus gen vir antara lain Vir A, Vir C, Vir D, Vir F, Vir G, dan Vir H yang dapat menginduksi terbentuknya tumor. Gen-gen tersebut berperan dalam menginduksi transfer dan integrasi T-DNA. Gen vir yang dimiliki A. tumefaciens ini peka terhadap senyawa feolik beserta senyawa lainnya seperti glukosa dan galaktosa yang dikeluarkan tumbuhan dikotil ketika terjadi luka pada permukaan bagian luar tumbuhan (Pardal, 2002).
Adanya transfer dan integrasi T-DNA ke dalam sel tumbuhan menyebabkan terbentuknya penyakit tumor (crawn gall) dan senyawa-senyawa opine. Senyawa opine yang dihasilkan dari kondensasi antara asam amino dan gula dikumpulkan dan dikeluarkan oleh sel-sel tumor, lalu dikonsumsi oleh A. tumefaciens sebagai sumber karbon dan nitrogen (De la Riva et al., 1998).
tumefaciens yang diinfeksikan ke tanaman melepaskan T-DNA yang akan merangsang tanaman untuk mensintesis protein opine. Berbagai macam opine yang dihasilkan oleh tanaman, di antarnya octopine, nopaline, succinamopine, atau LL-succinamopine (Datta and Datta, 2002). Berdasarkan jenis senyawa yang disintesis gen-gen opine, A. tumefaciens dikelompokkan menjadi beberapa strain salah satunya GV3101 dengan tipe kromosom C58 dan jenis opine yang dihasilkan adalah nopaline (Konz and Schell, 1986).
Penelitian tentang A. tumefaciens menjadi berkembang, sehingga pada tahun 1970 para peneliti berhasil mengidentifikasi plasmid dari beberapa strain A. tumefaciens dan pada tahun 1977 para peneliti berhasil mentransfer T-DNA ke dalam genom tanaman, tetapi masih perlu penyempurnaan untuk mendapatkan keberhasilan transformasi yang lebih baik (Datta and Datta, 2002). Perkembangan ini membuktikan bahwa plasmid Ti telah berhasil digunakan sebagai vektor untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman (Gelvin, 2003).

Transformasi Gen Menggunakan A. tumefaciens pada Tanaman Tebu
Transformasi gen menggunakan A. tumefaciens banyak digunakan pada kalus, baik untuk infeksi maupun seleksi sel transformannya (Toki et al., 2006). Eksplan transformasi berupa potongan-potongan gulungan daun muda kemudian diinokulasi pada media kalus. Keuntungan menggunakan gulungan daun muda adalah mudah mendapatkan eksplan dalam jumlah banyak dibanding tunas apikal. Satu pucuk atau satu gulungan daun muda rata-rata dipotong menjadi 9 eksplan. Kelemahan eksplan dari gulungan daun muda adalah harus melalui fase kalus untuk menjadi tunas. Beberapa peneliti melaporkan bahwa propagasi tebu melalui fase kalus menyebabkan tingkat kematian tunasnya tinggi sehingga sulit diaklimatisasi. Okviandari (2004) melaporkan bahwa planlet transforman yang berasal dari kalus tebu varietas R579 gagal ditumbuhkan menjadi tunas tebu transgenik, karena mengalami kegagalan regenerasi menjadi tunas hijau. Regenerasi eksplan transformasi pada tebu yang melalui fase kalus menghasilkan tunas albino pada varietas PS864 dan PSTG87, dan hijau muda pada varietas R579, sehingga efiisiensi transformasi rendah (Setyati, 2005).
Penggunaan A. tumefaciens dalam transformasi tanaman lebih menguntungkan dibandingkan dengan metode lain (Arencibia et al.,1998). Keunggulan penggunaan transformasi melalui A. tumefaciens mempunyai transformasi yang tinggi, dapat terintegrasi gen asing ke dalam gen inang. Manickavasagam et al. (2004) menyebutkan bahwa keunggulan dari transformasi menggunakan A. tumefaciens adalah teknis yang mudah, meminimal pembentukan kembali genom tanaman transforman, dan mempunyai jumlah copy number yang rendah.
Fitranty et al., (2003) telah berhasil melakukan teransformasi gen P5CS menggunakan Agrobacterium pada kalus tebu. Enrequez-Oberegon et al. (1998) dan Elliot et al. (1998) telah juga berhasil melakukan transformasi gen menggunakan A. tumefaciens pada kalus tebu. Walaupun demikian progeni (keturunan) yang dihasilkan masih mengalami beberapa kendala. Salah satunya disebabkan adanya perubahan genom (variasi somaklonal) saat regenerasi eksplan selama dikultur secara in vito. Adanya variasi somaklonal ini disinyalir terjadi akibat terlalu lamanya masa prekultur (perkalusan) eksplan. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan periode prekultur jaringan yang tepat untuk meminimalisir terjadinya variasi somaklonal.
Miswar et al. (2007) telah berhasil melakukan transformasi menggunakan A. tumefaciens strain GV3101 binary vector dengan plasmid pKYS yang telah disisipkan gen penyandi enzim Sucrose Phosphat Synthase (SPS) di bawah kontrol promotor CaMV35S. Begitu juga Slameto dalam disertasinya yang berjudul “Kloning dan Karakterisasi Ekspresi Gen Famili Sucrose Transporter (SUT) pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.), yang telah memperoleh cDNA SUT1 dan cDNA SUT2 dengan ukuran penuh (full length).
Keberhasilan transformasi melalui A. tumefaciens dipengaruhi oleh strain, jenis promoter, dan jenis eksplan (Utomo, 2004). Komori et al. (2007) berpendapat bahwa 30% dari 180 publikasi terbaru, menginformasikan penggunaan pCAMBIA sebagai vektor transformasi. Sedangkan untuk DNA promoter menggunakan CaMV35S, karena jumlah dan tipe promoter yang mampu mengendalikan ekspresi transgen yang tinggi pada tanaman tebu masih sedikit. Promoter konstitutif yang mampu mengendalikan ekspresi transgen sampai 10 kali tingkat ekspresi yang dicapai promoter CaMV35S pada tanaman monokotil adalah actin promoter padi dan Ubi-1 promoter jagung (Rooke et al., 2000).

Gen GUS
Gen GUS merupakan gen penanda yang mengkode sintesis enzim β-Glucoronidase. Gen GUS banyak digunakan sebagai reporter gene (gen penanda) dalam transformasi pada tanaman. Salah satu sifat gen reporter yang dikehendaki oleh para peneliti adalah ekspresinya cepat dan mudah dideteksi. Ekspresi gen Gus dapat dideteksi dengan substrat fluorogenic dan chromogenic. X-gluc (5-bromo-4-chloro-3-indolyl- β-D-glucoronidase) adalah substrat chromogenic yang sangat efisien untuk lokalisasi histokimia aktivitas β-glucoronidase dalam jaringan dan sel, memberikan presipitat biru (spot biru) pada tempat terdapatnya aktivitas enzima tersebut (Ogras and Gozukirmizi, 1999).
Konstruksi gen GUS mengadung sekuen gen nptII yang menyandi terbentuknya enzim neomicyne phosphotransferase, sehingga selain sebagai gen penanda, konstruksi gen GUS juga berfungsi sebagai penyeleksi (Liu et al., 2003). Aktifitas nptII akan menyebabkan eksplan tebu tahan terhadap antibiotik yang tergolong aminoglikosida seperti genecin dan kanamisin yang terdapat di dalam media seleksi. Eksplan yang berhasil ditransformasi konstruksi gen GUS ini akan menunjukkan ketahanan terhadap antibiotik tersebut ketika ditanam di dalam media seleksi (Manickavasagam, 2004).


Kerangka Fikir Penelitian

























Gambar 2.5.1 Diagram Alur Kegiatan Penelitian

2.6 Hipotesis
Dengan overekspresi gen Sucrose Transporter (SUT) diharapkan mampu meningkatkan kandungan sukrosa pada tebu sehingga menghasilkan produksi gula yang berkualitas tinggi.
BAB 3. METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Politeknik Negeri Jember sejak bulan April-September 2010.

Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: erlenmayer, beaker glass, petridish, tabung reaksi, micropipet, pH meter, stirer, gelas ukur, microwave, sentrifuge, Polymerase Chain Reaction (PCR), alat kultur (scalpel, ose, gunting, pinset, bunsen,) laminar air flow, autoclave, shaker inkubator, dan desikator.
Bahan
Eksplan transformasi adalah kalus dan pangkal tunas tebu in vitro hasil dari fase kalus. Tanaman tebu berasal dari varietas PS158. Gen Sucrose Transporter (SUT) di bawah kontrol promoter Cauliflower Mosaic Virus (CaMV) 35S yang dikonstruksi pada vektor pCAMBIA dengan promotor CaMV35S. Strain A. tumefaciens yang digunakan adalah GV3101 dan LBA4404. Media kultur yang digunakan adalah media MS dengan beberapa kondisinya.
Tabel 3.1 Jenis media beserta komposisinya yang digunakan selama penelitian berlangsung.
Media Komposisi Keperluan
MS0 MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar) Media dasar
MS1
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 3 mgl-1 2,4-D, 100 ml-1 air kelapa) Induksi kalus

MS2
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,2 ppm BAP, 0,1 ppm IAA) Induksi tunas

MS3
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,2 ppm BAP, 0,1 ppm kinetin). Multiplikasi tunas
MS4
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,1 ppmBA, 0,2 ppm kinetin, 100 ppm acetosyringone) Ko-kulivasi
MS5
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,1 ppm BA,
0,2 ppm kinetin, 500 ppm cefotaxime )
MS + (30 gl-1 sukrosa, 7 gl-1 agar, 0,1 ppm BA, Eliminasi
tumefaciens
MS6
0,2 ppm kinetin, 500 ppm cefotaxime, 25 ppm higromisin )
Seleksi ketahanan antibotika vektor pCAMBIA
YEP
Yeast Extract dan Peptone cair yang berisi antibiotika 50 mgl-1 kanamisin dan 100 mgl-1 rifamfisin Mengkulturkan
A. tumefaciens

Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir (TA) ini adalah metode uji t karena untuk membandingkan dua macam perlakuan. Adapun dua macam perlakuan tersebut adalah jenis eksplan yang digunakan untuk bahan transformasi yakni A = kalus dan B = tunas. Dengan menggunakan metode uji t dapat membandingkan dan memperoleh jenis eksplan yang tepat dan efesien untuk bahan tranformasi.
Hipotesis : H0 : Ā = B atau Ā _ B = µd
H1 : Ā ≠ B atau Ā _ B ≠ 0
Kriteria uji :
t_( hitung)= d/s_d atau t= (|Ā-B|)/S_((Ā-B))  
Pelaksanaan Penelitian
Membuat media
Membuatan media inisiasi tebu dengan medium MS1 dan media untuk menumbuhkan tunas MS2, masing-masing bervolume 1 liter.

Persiapan Eksplan Transformasi
Eksplan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) varietas PS158 dari gulungan daun termuda yang berumur 2-2,5 bulan dari bibit kemudian disterilkan dengan alkhohol 96 % setelah itu dibakar sampai tiga kali. Selanjutnya pucuk tebu yang telah dibakar dikupas sampai didapatkan spindle leaf yang mendekati titik tumbuh. Satu pucuk dapat dipotong-potong menjadi 9 eksplan dan setiap botol ditanam 2 eksplan.
Eksplan ditanam media MS1 dalam kondisi gelap dengan suhu 260C. Proses penyimpanan dilakukan selama 4 minggu hingga memperoleh kalus dengan ciri-ciri nodular, kompak dan menunjukkan warna kekuningan dan digunakan sebagai eksplan untuk transformasi.
Sebagian kalus disubkulturkan ke dalam media MS2 untuk menghasilkan tunas dan ditanam pada kondisi gelap selama 4 minggu. Bagian basal (pangkal) tunas tanaman ini (0,5 cm) dipisahkan dan digunakan sebagai eksplan untuk transformasi.

Kultur Agrobacterium tumefaciens
Gen SUT (Sucrose Transporter) yang telah dikonstruksi pada vektor pCAMBIA (Center for the Application of Molecular Biologi to International Agriculture (CAMBIA), Canberra, Australia, ditransformasikan ke dalam sel A.tumefaciens strain GV3101 dan LBA4404 melalui heat shock pada 420C selama 90 detik.
Koloni tunggal Agrobacterium yang positif mengandung gen SUT diinokulasi ke dalam larutan starter yakni 3 ml media Yeast Extract dan Pentone (YEP) cair yang berisi antibiotika 50 mgl-1 kanamisin dan 100 mgl-1 rifamfisin, kemudian diinkubasi pada suhu 280C di dalam shaker selama 48 jam. Selanjutnya bibit A. tumefaciens diambil 1 ml dari larutan starter ditambahkan ke dalam media YEP cair 50 ml yang mengandung antibiotika 60 mgl-1 kanamisin dan 100 mgl-1 rifamfisin. Setelah itu diinkubasi dalam shaker inkubator selama + 8 jam. Sel disentrifuge pada 5.000 rpm, 40C selama 10 menit. Pellet A. tumefaciens yang terbentuk disuspensikan ke dalam media YEP cair dengan pengaturan OD600 (Optical Density) 0,6 -1,0 nm.

Transformasi Gen SUT menggunakan Agrobacterium- Mediated Transformation pada kalus dan tunas
Eksplan yang dipakai untuk transformasi adalah kalus dan pangkal tunas tebu in vitro. Jumlah kalus yang diinfeksi adalah 20 kalus, dengan masing-masing kalus memiliki massa kurang-lebih 0,2 gram kemudian dikumpulkan dan diberi perlakuan pengeringan di atas kertas saring steril di dalam laminar air fow selama 30 menit. Setelah itu ditempatkan dalam Erlemeyer yang berisi 50 ml media MS cair dan disonifkasi selama 5 menit. Infeksi Agrobacterium dilakukan dengan cara merendam kalus dalam suspensi Agrobacterium (OD600 akhir disetarakan 0,6) yang mengandung acetosyringone (100 mgl-1), yang selanjutnya diinkubasi pada suhu 28 °C selama 30 menit. Sebelum ko-kultivasi, material yang telah terinfeksi dicuci satu kali dengan air steril kemudian dikeringkan dalam laminar air flow. Ko-kultivasi dilakukan dengan memindahkan kalus yang diinfeksi pada media MS1 ditambah 100 mgl-1 aceosyringone pada kondisi gelap dengan suhu 28 °C selama 3 hari.
Pangkal tunas tanaman in vitro berdiameter 3 mm dan tinggi 5 mm yang diisolasi dari tunas tebu in vitro yang tingginya lebih dari 1,5 cm disimpan di dalam media MS cair di dalam LAFC. Jumlah eksplan yang diinfeksi adalah 50 eksplan, 25 eksplan untuk uji GUS dan 25 eksplan untuk kokultivasi. Kemudian ditiriskan di atas tissue steril sambil melakukan penusukan sebanyak 4-5 kali menggunakan jarum suntik steril yang berdiameter 1 mm. Tanaman yang telah dilukai direndam dalam MS cair 50 ml yang mengandung A. tumefaciens dengan kerapatan sel bakteri (OD(600) infeksi) = 1.0, dan acetosyringone (100 mgl-1). Setelah itu diprekultur di dalam media MS yang diletakkan dalam shaker dengan kecepatan putaran 150 rpm pada suhu 28 °C selama 30 menit. Eksplan terinfeksi dikeringkan menggunakan kertas filter steril dan diinokulasi pada media MS padat yang mengandung acetosyringone. Ko-kultivasi dilakukan selama 3 hari di dalam gelap dengan suhu 28 °C.

Seleksi Transforman pada medium antibiotik
Tahapan selanjutnya adalah seleksi transforman yaitu untuk mengetahui keberhasilan transformasi dan ketahanan antibiotika dari transforman. Eksplan putatif terinfeksi dicuci tiga kali dengan 500 mgl-1 cefotaxime dan kemudian dikeringkan di atas kertas filter steril dalam laminar air fow.
Untuk kalus yang terinfeksi disubkultur pada media MS4 untuk mengeliminasi A. tumefaciens dan diinkubasi pada kondisi gelap selama satu minggu. Kemudian kultur ditransfer pada media seleksi MS5, serta diinkubasi pada kondisi yang sama selama 14 hari. Proses seleksi dilakukan sebanyak 5 siklus. Tunas yang diperoleh dari kalus tunggal ditetapkan sebagai satu klon putative transforman.
Tunas yang terinfeksi dan telah diko-kultivasi disubkultur ke dalam media MS5 pada itensitas cahaya sekitar 2000 lux selama 16 jam per hari dengan suhu 270C. Proses seleksi dilakukan sebanyak lima siklus, tiap siklus 14 hari. Setelah melalui 5 siklus, tunas yang tumbuh disubkultur ke media MS0 selama 4 minggu untuk mendukung pertumbuhan selanjutnya.

Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR)
Analisis PCR dilakukan dengan DNA genom yang telah diisolasi menggunakan TaKaRa Ex Taq polymerase (Takara Bio Inc) dan satu set primer yang didesain dari sekuen DNA CaMV, nptII (the neomycin phosphotransferase gene) atau gus. Kondisi reaksi PCR yang digunakan untuk denaturasi, annealing, dan extention berturut-turut adalah pada 98°C selama 10 detik, 55°C selama 30 detik, 72°C selama 1 menit dengan 30 siklus. DNA yang teramplifikasi kemudian dianalisis dengan elektroforesis pada 1% gel agarosa dan difoto.

Uji Gen GUS
Uji gen GUS dilakukan terhadap eksplan tebu yang sudah dikokultivasi di dalam ruang gelap selama 3 hari sesuai dengan prosedur histochemical yang disebutkan oleh Jefferson et al. (1987) dengan beberapa modifikasi. Sample dicuci satu kali dengan larutan buffer 0,1 M potassium phosphate, pH 7,0. Sample diinkubasi dalam larutan buffer yang berisi 2% metanol, 0,3% Triton X-100, 0,5 mM potassium ferricyanide, 0,5 mM potassium ferrocyanide dan 0,5 mg ml–1 5-bromo-4-chloro-3-indolyl-β-D-glucoronide pada suhu 37°C, diletakkan di dalam shaker dengan kecepatan putaran 85 rpm selama 48 jam. Sampel dicuci dengan etanol 70%. Pengamatan spot atau bercak berwarna biru karena adanya ekspresi gen GUS dilakukan menggunakan mikroskop.

















DAFTAR PUSTAKA


Arencibia, A.D., E.R Carmona., P Tellez., M. Chan., S.M. Yu., L.E. Trujillo. and P. Oramas. 1998. An Efficient Protocol for Sugarcane (Saccharum spp.L.) Transformation-mediated by Agrobacterium tumefaciens. Trans. Res. 7: 213-222.

Binns A.N. and Thomashow, M.F. 1988. Cell Biology of Aagrobacterium Infection and Transformation of Plants. Annual Review of Microbiolog. 42: 575-606.

Datta K. and S.K. Datta. 2002. Plant Transformation. In Moleculac Biology: A Partical Approach. Gilmartin, P., and C. Bowler. 2002 (Eds.) Oxpord University Press. Volume One-Chapter 2: 13-32.

De la Riva G.A., J. Gonzalez-Cabrera, R. Vazquez-Padron, and C. Ayra-Pardo,. 1998. Agrobacterium tumefaciens: a natural tool for plant transformation. EJB Electronic Journal of Biotechnology 1 (3): 118-133.

Eckardt, Nancy. 2003. The Function of SUT2/SUC3 Sucrose Transporters: The Debate Continues. The Plant Cell Jurnal, Vol. 14: 1259-1261.

Elliot, A.R., Cambell, J. A., Brettel, R. I.S., and Cristopher, P.L 1998. Agrobacterium-mediated Transformation of Sugarcane Using GFP as a Screenble Marker. Aust J. Plant Physiol. 25:739-743.

Enriquez-Obregon, G.A., Vazquez-Padron, R.I. Pieto-Samsonov, D.L., Della Riva G.A., Selman-Housein, G. 1998. Herbicide-resistant Sugarcane (Saccharum officinarum L.) Plants by Agrobacterium-mediated Transformation. Planta. 206: 20-27.

Fitranti, N., Nurilmala, F., Santoso, J., dan Minarsih, H. 2003. Efektivitas Agrobacterium Mentransfer Gen P5CS ke dalam Kalus Tebu Klon PS 851. Menara Perkebunan 71(1): 16-27.

Gelvin S.B. 2000. Agrobacterium and Plant Genes Involved in T-DNA Transfer and Integration. Annu. Rev. Plant Physiol. Plant Moll. Biol. 51: 233-256.

Komori, Imayama, Kato, Ishida, Ueki, and Komari. 2007. Current Status Of Binari Vectors and Superbinari Vectors. Plant Physiology. 145: 1155-1160.

Koncz Cs., and Schell J. 1986. The Promoter of TL-DNA Gene 5 Controls the Tissue-specific Expression of Chimeric Genes Carried by a Novel Type of Agrobacterium Binary Vector. Mol Gen Genet. 204: 383-396.

Liu D., S.V. Oard, J.H. Oard. 2003. High Transgene Expression Levels In Sugarcane (Sacchanarum Officinarum L.) Driven by The Rice Ubiquitin Promoter RUBQ2. Palnt Science. 165: 743-750.

Marveldani., M. Barnawi. K. Setiawan., dan S.D. Utomo. 2007. Pengembangan Kedelai Transgenik yang Tahan Herbisida Amonium-glufosinat dengan Agrobacterium tumefaciens. Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 No 1 hlm 49-55.

Manickavasagam, M., Ganapathi, A., Anbazhagan, V.R., Sudhakar, B., Selvaraj, N., Vasudevan, A., dan Kasthurirengan, S. 2004. Agrobacterium-mediated Genetic Transformation and Development of Herbicide-resistant Sugarcane (Saccharum species hybrids) Using Axillary Buds. Plant Cell Rep. 23: 134-143.

Miswar, Sugiharto, B., Soedarsono, J., dan Moeljapawiro, S. 2007. Transformasi Gen Sucrose Phosphate Synthase (SoSPS1) Menggunakan Agrobacterium tumefaciens untuk Meningkatkan Sintesis Sukrosa pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Berk. Penel. Hayti. 12: 137-143.

Ogras T.T., and Gozukirmizi N. 1999. Expression And Inheritance of GUS Gene in Transgenic Tobacco Plants. Tr. J. of Botany. 23: 297-302.

Okviandari. 2004. Transformasi Gen Sucrose Phosphate Synthase pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) dengan Bantuan Agrobacterium tumefaciens. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Jember. Jember, Indonesia. pp. 43.

Old, R.W., dan Primose, S.B. 2003. Prinsip-prisip Manipulasi Gen (Pengantar Rekayasa Genetika). Ed. IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Pardal J.S. 2002. Perkembangan Penelitian dan Transformasi.

Rahmawati, S. 2006. Status Perkembngan dan Perbaikan Sifat Genetik Padi Menggunakan Transformasi Agrobacterium. Jurnal AgroBiogen 2(1): 36-44.

Rooke L., Byrne D., and Salgueiro S. 2000. Marker Gene Expression Driven By The Maize Ubiquitin Promoter In Transgenic Wheat. Ann.appl. Biol. 136: 167-172.

Setyati S. 2005. Optimasi Transformasi Gen Sucrose Phosphate Synthase pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) dengan Bantuan Agrobacterium tumefaciens. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Jember. Jember, Indonesia. pp. 39.

Smith, E.F., dan Townsend, C.O. 1907. A. Plant-Tumor of Bacterial Origin. Science 25: 671-3.

Toki, Hara, Ono, Onodera, Tagiri, Oka, dan Tanaka. 2006. Early Infection of Scutellum Tissues with Agrobacterium allows High-speed Transformation of Rice. The Plant Jurnal 47: 969-976.

Utomo, S.D. 2004. Pengaruh Strain Agrobacterium Terhadap Efisiensi Transformasi Genetik Jagung Genotipe Hibrida Hill. Ilmu Pertanian 11 (2): 1-10.

Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan Praktis. Kanisius: Yogyakarta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.



klik di sini......

Senin, 31 Agustus 2009

daftar isi

0 komentar

Cara Membuat Kotak Daftar Isi
Posted by Herman | Friday, May 22, 2009 | Blogger Tips | 6 comments »

Postingan ini saya buat untuk menjawab pertanyaan dari seorang rekan blogger yang menanyakan kepada saya melalui email. Beliau bertanya kesaya, "mas, bagaimana cara membuat kotak blogger tutorial seperti di blog mas herman?" Hm.. Mungkin yang dimaksud adalah yang ini kali ya :)

Blogger Tutorial
1. Apa itu blog
2. Panduan membuat blog di blogger
3. Bagaimana cara memposting artikel pada blog
4. Optimalkan tampilan blog dengan template modern
5. Mengganti header template pada blogger
6. Cara mudah mengganti warna dan font template
7. Mengenali fungsi-fungsi dalam menu setting blog
8. cara menambahkan read more/ baca selengkapnya pada blogger
9. Cara membuat dan memasang shoutbox pada blogger
10. Cara mengatasi masalah pada kode read more
11. Memasang foto di profile
12. Apa fungsi label
13. Cara menambahkan yahoo emoticons pada blogger
14. Memposting kode HTML pada artikel
15. Mendaftar dan mengupload gambar di photobucket
16. Menambah favicon pada blogger
17. Menambahkan search box atau kotak pencari pada blogger
18. Cara menghapus gambar di picasa web album
19. Tips menghilangkan warna pada kotak blockquote
20. Cara mendapatkan kode warna dengan photoshop
21. Cara mendapatkan kode warna dengan ms paint
22. Cara membackup template, widget, dan artikel
23. Cara menghilangkan icon quick edit berbentuk tang dan obeng
24. Memasang feedjit pada blogger
25. Memasang jam pada blog
26. Membuat efek marquee atau teks berjalan
27. Tentang RSS feed
28. Memanfaatkan translator online dari google
29. Pasang Google Translator pada blog
30. Cara membuat kotak scrollbar pada blogger


Ok sebenarnya cukup mudah untuk membuat daftar isi seperti diatas. Bagi anda yang sudah lama ngeblog pasti sudah tahu cara membuatnya hanya saja mungkin caranya yang berbeda.

Nah berikut saya akan memberikan cara membuat kotak daftar isi dengan cara saya sendiri. Silahkan diikuti bagi yang ingin mencobanya.

1. Login ke blogger. Buka menu Layout -> Page Elements
2. Klik Add a Gadget -> HTML/Javascript. Masukkan kode dibawah ini kedalam kotak










Keterangan:
380px merupakan lebar kotak, 180px merupakan tinggi kotak, #ffffff pada background-color merupakan warna background, dan #ffffff pada border merupakan warna garis pinggir. Silahkan diganti sesuai dengan template anda.

Ingat:
Ganti tulisan yang berwarna merah dengan alamat postingan anda dan ganti tulisan berwarna merah yg dicetak tebal dengan judul postingan anda. Jika anda ingin menambah postingan baru maka copy kode yang berkedip lalu letakkan diatas kode


Jangan lupa untuk mengganti angkanya dengan angka 3 dan begitu seterusnya jika anda ingin menambah postingan baru lagi.

3. Kalau sudah klik Save Template. Selesai.

Jika anda ingin menggunakan icon gambar sebagai pengganti angka maka ganti kode dibawah ini




Dengan kode



Ganti tulisan yang berwarna merah dengan alamat icon gambar anda dan hapus angka pada setiap judul postingan.

Selamat mencoba. Semoga berhasil

Bookmark this post to: lintas berita Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Reddit Blinklist

klik di sini......

Manfaat Wudhu

0 komentar

”Sungguh ummat-Ku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhunya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Selain memiliki banyak keutamaan, wudhu ternyata sangat bermanfaat terhadap kesehatan. Dr Ahmad Syauqy Ibrahim, peneliti bidang penderita penyakit dalam dan penyakit jantung di London mengatakan, ”Para Pakar sampai pada kesimpulan mencelupkan anggota tubuh ke dalam air akan mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan pada syaraf dan otot, menormalkan detak jantung, kecemasan, dan insomnia (susah tidur).”

Dalam buku Al-I’jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah dijelaskan, ilmu kontemporer menetapkan setelah melalui eksperimen panjang, ternyata orang yang selalu berwudhu mayoritas hidung mereka lebih bersih, tidak terdapat berbagai mikroba.

Rongga hidung bisa mengantarkan berbagai penyakit. Dari hidung, kuman masuk ke tenggorokan dan terjadilah berbagai radang dan penyakit. Apalagi jika sampai masuk ke dalam aliran darah. Barangkali inilah hikmah dianjurkannya istinsyaaq (memasukkan air ke dalam hidung) sebanyak tiga kali kemudian menyemburkannya setiap kali wudhu.

Ada pun berkumur-kumur dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi. Berkumur menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel. Sementara membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberi manfaat menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri. Apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit. Dan juga, sudah terbukti secara ilmiah penyakit tidak akan menyerang kulit manusia kecuali apabila kadar kebersihan kulitnya rendah.

Dari segi rohani, wudhu menggugurkan ‘daki-daki’ yang menutupi pahala. Bersama air wudhu, dosa-dosa kita dibersihkan, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, tatkala ia membasuh wajahnya keluarlah dari wajahnya seluruh dosa yang dilakukan matanya bersamaan dengan air itu atau dengan tetesan terakhirnya.

Apabila dia membasuh dua tangannya maka akan keluar seluruh dosa yang dilakukan tangannya bersamaan dengan air itu atau tetesan air yang terakhir. Apabila dia membasuh dua kakinya maka keluarlah seluruh dosa yang telah dilangkahkan oleh kakinya bersama air atau tetesannya yang terakhir sehingga dia selesai wudhu dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.” (HR Muslim) Maka, berbahagialah orang-orang yang selalu menjaga wudhunya dan menjaga hatinya tetap suci.


klik di sini......

Senin, 03 Agustus 2009

Perbanyakan Saccaharum officinarum, L secara In Vitro

0 komentar

Tanaman tebu ( Saccaharum officinarum, L ) merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab didalam batangnya terdapat zat gula. A. Sistematika Tanaman Tebu Devisio : Spermatophyta Sub devisio : Angiospermae Class : Moniocotyledoneae Ordo : Glumiflorae Famili : Poaceae Genus : Shaccharum Spesies : Shaccharum officinarum B. Syarat tumbuh tanaman tebu Syarat tubuh tebu di dalam pembudidayaannya adalah : 1. Curah Hujan Pertumbuhan tanaman tebu pada masa vegetatif menuntut jumlah hujan bulanan minimal 100 mm selama 6-7 bulan sedang masa generatif mentut 2-4 bulan kering untuk proses kemasakan tebu ( curah hujan bulanan kurang dari 100 mm ) sedangkan curah hujan tahunan 1500 – 3000 mm ( Anonymous, 1981 ) Pertumbuhan tebu normal membutuhkan pertumbuhan vegetatif selama 6-7 bulan, dalam masa itu jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi adalah 3-4 mm air perhari berarti jumlah hujan bulanan selama masa pertumbuhan tebu minimal 100 mm.

Lawat fase vegetatif tebu memerlukan 2-4 bulan kering ( <100 mm ) untuk proses kematangan tebu bila curah hujan diatas evapotranspirasi akan berakibat kemasakan tebu terhambat dan kadar gula rendah ( Anonymous, 1981 ) Curah hujan yang tinggi pada waktu tanaman tebu mencapai umur masak akan menyebabkan pembentukan gula rendah. Sebab, sinar matahari terhalangi oleh awan, sehingga proses fotosintesis terhambat sekaligus proses pembentukan gula terhambat, terbentuknya rendemen rendah, dan tebu mencapai masak optimal terhambat pula ( Ahmad Supriyadi, 1992 ) 2. Intensitas cahaya Radiasi sinar matahari dibuthkan untuk membentuk kamar tumbuh akan mengatur pertunasan dan perpanjangan batang tebu serta dipakai untuk fotosintesis yang menghasilkan gula. ( Anonymous, 1981 ) 3. Angin Kecepatan angin kurang dari 10 km/jam sangat baik untuk pertumbuhan tebu, oleh karena itu angin dapat menurunkan suhu dan kadar gas asam arang (CO2) disekitar tajuk tebu. Kecepatan angin lebih dari10 km/jam didertai hujan lebat akan merugikan tanaman tebu karena dapat meningkatkan penguapan (Anonymous, 1981) 4. Suhu Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berksar 24°– 30° C sedangkan beda suhu musiamn tidak lebih dari 6°C. Beda suhu siang dan malam di dataran tidak lebih dari 10°C. 5. Kelembapan Kelembapan nisbi tinggi dapat membentuk kabut yang dapt menghalangi radiasi cahaya matahari sehingga proses fotosintesis terhambat.Kelembapan udara nisbi tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman tebu, asal cukup tersedia air dalam tanah (Anonymous, 1986).

Tahapan Kultur Jaringan Tebu :

1. Penyiapan media

Ø Penyiapan tabung-tabung kultur

Ø Penuangan larutan media

Ø Kegiatan pemasakan media

Ø Penutupan tabung-tabung kultur

Ø Kegiatan sterilisasi

Ø Penyimpanan media pada ruang inkubasi media

Media yang digunkan untuk perkembangbiakan kultur jaringan tebu adalah media MS dengan penggunaan ZPT untuk MS I adalah kinetin dan 2,4 D sedangkan pada MS II ZPT yang digunakan adalah kinetin dan IAA ( Komposisi media MS I dan MS II terlampir ). Dalam kegiatan pembuatan media harus menghasilkan media yang bebas dari mikroba. Oleh karena itu media yang dibuat harus disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121ºC, tekanan 1,5 psi selama 30 menit. Kemudian media yang dibuat tersebut dituang dalam botol yang sudah steril tadi lalu ditutup dengan alumunium foil..

Media yang terkontaminasi kemungkinan disebabkan karena kondisi laboratorium dan ruang pertumbuhan yang kurang steril serta tabung kultur yang tidak steril. Kondisi laboratorium yang tidak pernah dilakukan sterilisasi menggunakan formalin kemungkinan juga mempengaruhi proses pembiakan secara kultur jaringan. Penggunaan formalin ditujukan agar dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme phatogen sebagai sumber kontaminan bahkan dapat membuat mikroorganisme tersebut mati. Jadi formalin sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran pembiakan kultur jaringan.

2. Inisiasi

Ø Pengambilan eksplan

Ø Pembersihan eksplan

Ø Persiapan laminar

Ø Kegiatan penanaman/inokulasi

Ø Penyimpanan hasil inisiasi pada rak kultur

Dalam melakukan kegiatan inisiasi pengenalan eksplan sangat dibutuhkan, karena apabila kita mengetahui sifat fisiologi dari eksplan tersebut maka akan lebih mudah dalam melakukan perkembangbiakan secara kultur jaringan ini. Keadaan eksplan juga sangat menentukan sekali dalam kultur jaringan. Apabila keadaan eksplan tersebut tidak sehat atau tidak sesuai dengan kriteria sebagai eksplan yang baik maka kemungkinan besar hasil yang akan di dapat tidak akan optimal.

Adapun kriteria-kriteria tanaman Shaccharum officinarum yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah sebagai berikut:

Ø Bebas hama dan penyakit

Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai bahan eksplan harus bebas dari hama dan penyakit tanaman. Hama yang biasa menyerang pada tanaman ini adalah penggerek pucuk, penggerek batang. Sedangkan penyakit yang sering muncul adalah penyakit mozaik yang disebabakan oleh virus. Tanda-tanda tanaman Shaccharum officinarum apabila terserang oleh penggerek pucuk adalah terdapat lorong gerek pada ibu tulang daun, deretan lubang gerekan, lorong gerek yang lurus di bagian tengah pucuk tanaman sampai ruas mudadibawah titik tumbuh. Sedangkan tanda-tanda apabila tanaman Shaccharum officinarum terserang penggerek batang adalah timbulnya bercak-bercak putih bekas gerekan pada daun, terdapat lorong gerekan pada bagian dalam pelepah serta terdapat lorong gerekan pada ruas-ruas. Penyakit mozaik yang disebabkan karena virus ini akn menimbulkan noda atau garis berwarna hijau dan kuning pada daun yang sejajar dengan bekas pembuluh.

Ø Umur tanaman Shaccharum officinarum antara 5-6 bulan

Keadaan eksplan dalam umur fisiologi juvenil akan cenderung lebih cepat berkembang dibandingkan dengan eksplan yang umur fisiologinya mendekati masa mature. Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan yang mempunyai umur fisiologi mendekati mature seringkali mengalami browning yang pada akhirnya akan menimbulkan kematian pada tanaman tersebut.

Inisiasi adalah kegiatan penanaman eksplan pada media buatan yang telah mengandung nutrisi yng dibutuhkan oleh tanaman. Sebelum melakukan kegiatan inisiasi langkah awal yang ahrus dilakukan adalah sterilisasi bahan tanam. Sterilisasi bahan tanaman (eksplan) merupakan hal penting yang dapat menentukan keberhasilan penanaman secara in vitro. Eksplan yang akan ditanam harus bebas dari mikroorganisme kontaminan. Tahap sterilisasi sering menjadi kendala utama dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Apalagi pada tanaman tebu yang mempunyai kandungan senyawa fenol yang cukup tinggi. Untuk tanaman Shaccharum officinarum ini tehnik sterilisasi yang digunakan sedikit dengan tanaman yang lainnya, karena eksplan yang diambil dari pucuk berbentuk pelepah yang apabila dilakukan perendaman dengan clorox atau detergent akan menimbulkan kemungkinan browning dan kontaminasi yang cukup besar. Oleh karena itu pada tanaman ini sterilisasi yang dilakukan hanya dengan melakukan penyemprotan dengan alkohol 96 % yang kemudian dibakar diatas lampu bunsen.

Pada divisi inisiasi ini penanam bertugas menyiapkan eksplan dalam kondisi yang steril sehingga dapat ditumbuhkan pada media yang sesuai dengan tanaman tersebut.

Inisiasi tanaman tebu ( Shaccharum officinarum ) :

Ø Sterilisasi eksplan ( diluar laminar ) :

1. Mengambil pucuk tebu ± 4 ruas

2. Mengupas pelepah tebu damn memotongnya menjadi lebih kecil ( ± 20 cm )

3. Mencuci dengan air mengalir

4. Membawa kedalam Laminar

Ø Sterilisasi eksplan ( didalam laminar ) :

1. Menyemprot eksplan menggunakan alcohol 96 %

2. Membakar eksplan yang telah disemprot dengan alcohol pada lampu Bunsen

3. Eksplan siap ditanam

Ø Inisiasi eksplan :

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Mengupas pelepah tebu hingga mendapatkan bagian yang diinginkan

3. Memotong pucuk ± 10 cm

4. Memotong pucuk menjadi lebih kecil ( 2 cm )

5. Menanam pada media MS 1

6. Menyimpan pada ruang pertumbuhan

Dalam inisiasi ini sering terjadi kontaminasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Keadaan eksplan

Ekspan yang akan ditanam harus bebas dari hama, penyakit maupun mikroorganisme lain yang kurang menguntungkan untuk tanaman. Umur tanaman juga mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman yang akan digunakan untuk eksplan berumur kurang dari 4-5 bulan maka kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang sangat sulit karena tanaman tebu yang masih muda mengandung senyawa fenol yang sangat tinggi sehingga akan mengakibatkan browning dan pada akhirnya eksplan akan mati. Sedangkan tanaman tebu yang berumur lebih dari 5 bulan akan sulit untuk tumbuh. Hal itu disebabkan karena tanaman berada pada masa matur/pertumbuhan yang lanjut sehingga sifat totipotensi pada sel tersebut sangat sedikit sekali atau bahkan tidak ada.

b. Aseptisitas pekerja

Kebersihan pekerja juga perlu diperhatikan didalam perkembangbiakan secara kultur jaringan ini. Apabila pekerja dalam kondisi yang aseptis maka akan memperkecil kemungkinana terjadinya kontaminasi. Sebelum pekerja memasuki ruang penanaman terlebih dahulu harus mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik, kemudian setelah berada diruang penanaman pekerja harus menyemprotkan alkohol pada badan dan tangan hingga lengan.

Keadaan pekerja yang kurang aseptik akan memungkinkan terjadinya kontaminasi. Jadi didalam perkembangbiakan secara kultur jaringan ini keseterilan pekerja juga sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan penanaman.

c. Sterilisasi alat dan bahan

Peralatan yang harus steril adalah laminar AFC , alat-alat diseksi, tabung kultur dan ain-lain. Pada laminar sudah dilengkapi dengan blower, lampu UV sehingga dapat mensterilkan ruangan dalam laminar. Akan tetapi sebelum menggunakan laminar sebaiknya disemprot menggunakan alkohol 70 %. Alat-alat diseksi juga perlu adanya sterilisasi, apabila alat-alat tersebut tidak disterilisasi kemungkinan unutk terjadinya kontaminasi akan besar karena bekas-bekas eksplan ataupun media yang tersisa pada alat-alat diseksi akan mejadi sumber kontaminan. Oleh karena itu alat-alat diseksi juga perlu disterilisasi. Sterilisasi tabung dilakukan menggunakan oven.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan inisiasi/penanaman yakni sebagai berikut :

Ø Alat dan bahan yang dimasukkan dalam laminar harus dipastikan dalam keadaan steril sehingga perlu dilakukan penyemprotan dengan alkohol 70 %

Ø Untuk mengurangi masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan, sebelum membuka tabung kultur sebaiknya mulut tabung digarang pada api terlebih dahulu

Ø Kegiatan penanaman diusahakan dilakukan dengan cepat, karena semakin cepat dilakukan penanaman maka eksplan tidak akan terlalu lama berikatan dengan oksigen sehingga kemungkinan untuk browning semakin kecil

3. Subkultur

Kultur jaringan pada tebu mulai dari eksplan – kalus – tunas – planlet. Kegiatan sub kultur yang dilakukan pada tanaman tebu yang pertama adalah dalam bentuk kalus. Seteleh melakukan penanaman (inisiasi) dalam jangka waktu 1,5 bulan tumbuh menjadi kalus, kemudian kalus tersebut di sub kultur dan ditanam lagi ke media MS I. setelah kalus tadi menjadi banyak maka dilakukan sub kultur ulang dan dipindhkan ke media MS II unutk mendapatkan tunas. Setelah menjadi tanaman lengkap ± 3 – 4 dilakukan sub kultur lagi (rooting) unutk memperbenyak tunas sekaliguas untuk perakaran. Kemudian dari media MS II padat dipindahkan kemedia MS II cair. Planlet yang dipindahkan pada media MS II cair selain untuk mendapatkan akar, planlet yang dipindahkan pada MS II cair beatangnya akan lebih besar dan kuat sehingga kemungkinan untuk hidup pasca aklimatisasi sangat besar. Hal itu disebabkan pada media cair planlet mengadsorsi nutrisi yang terdapat pada media dengan sempurna. Sehingga kebutuhan nutrisi tanaman dapat terpenuhi secara optimal.

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam sub kultuur tebu adalah :

· Laminar air flow cabinet

· Alat diseksi

· Lampu spirtus

· Alumunium foil

· Alcohol

· Alcohol rendaman

· Tabung kultur

· Media MS I dan II

Adapun prosedur sub kultur I dan II adalah sebagai berikut :

Ø Menyiapkan alat dan bahan

Ø Membuka alumunium foil sebagai penutup dari tabung kultur yang sebelumnya sudah digarang terlebih dahulu

Untuk SK I

Ø Mengeluarkan kalus dari tabung kultur (untuk SK I )

Ø Memotong-motong kalus menjadi kecil ( sebesar biji kacang hijau )

Ø Menanam pada media SK I

Ø Menutup tabung kultur menggunakan alumunium foil

Ø Menyimpan pada ruang inkubasi

Ø Melakukan pengamatan

Untuk SK II pada media padat

Ø Mengeluarkan planlet dari tabung kultur

Ø Membersihkan planlet dari sisa-sisa agar-agar

Ø Memotong akar yang terlalu panjang

Ø Memangkas / mengurangi daun planlet tebu

Ø Memisahkan planlet yang berumpun menjadi individu

Ø Menanam pada media MS II padat

Ø Menutup tabung kultur menggunakan alumunium foil

Ø Menyimpan pada ruang inkubasi

Ø Melakukan pengamatan

Untuk SK II pada media cair

Ø Mengeluarkan planlet dari tabung kultur

Ø Membersihkan planlet dari sisa-sisa agar-agar

Ø Memotong akar yang terlalu panjang

Ø Memangkas / mengurangi daun planlet tebu

Ø Memisahkan planlet yang berumpun menjadi individu

Ø Menanam pada media MS II cair

Ø Menutup tabung kultur menggunakan alumunium foil

Ø Menyimpan pada ruang inkubasi

4. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan secara kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian menjadi berubah pada lingkungan yang tidak terkendali, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof menjadi tanaman autotrof. Tahap ini tidak kalah pentingnya dalam pembiakan secara kultur jaringan. Apabila dalam tahap aklimatisasi berhasil maka secara keseluruhan perkembangbiakan secara kultur jaringan berhasil pula. Masa aklimatisasi ini merupakan masa kritis bagi tanaman karena tanaman yang semula mendapat nutrisi dari media secara tiba-tiba harus mencari makanan (nutrisi) sendiri.

Pada dasarnya proses aklimatisasi planlet dihadapkan pada :

Ø Kelembaban yang berkurang

Ø Temperatur yang lebih tinggi

Ø Intensitas cahaya yang lebih tinggi

Ø Perlu mengadakan proses fotosintetis

Ø Adanya serangan hama dan penyakit

Dengan demikian agar dapat terhindar dari hal-hal diatas maka perlu diatasi dengan cara sebagai berikut :

1. Penyiapan media planlet

2. Sleksi planlet

3. Pencucian planlet

4. Perlakuan planlet dengan fungisida atau bakterisida

5. Penanaman

6. Pemeliharaan

7. Pemindahan ketempat pembibitan

Aklimatisasi dilakukan apabila planlet sudah mempunyai akar, daun sudah nampak hijau dan mempunyai batang. Aklimatisasi sebaiknya dilakukan di dalam green house atau tempat yang ternaungi. Media untuk aklimatisasi dapat menggunakan dengan perbandingan beberapa bahan tertentu, dalam kegiatan aklimatisasi tanaman tebu menggunkan media campuran antara tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:2

Media yang digunakan dalam kegiatan aklimatisasi sebaiknya disterilisasi terlebih dahulu dengan formalin. Media tersebut dimasukkan kedalam drum kemudian disemprot dengan formalin, lalu didiamkan selama 2 minggu setelah itu media tersebut dijemur hingga formalin menguap. Media yang telah disterilisasi tadi diletakkan dalam bedengan/seed box yang berada didalam screen house. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan aklimatisasi adalah: Alat tulis, bak semai, pisau, gunting, gembor sementara bahannya adalah planlet, media aklimatisasi (campuran antara tanah, pasir dan kompos) dan tali rafia.

Adapun prosedur kerja dalam aklimatisasi tanaman tebu adalah

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Mencampur media antara pasir, tanah, kompos dengan perbandingan 1:1:2

3. Mengisi bak semai dengan media yang telah dicampur

4. Mengeluarkan planlet dari botol kultur secara hati-hati

5. Membersihkan akar tanaman dari sisa-sisa agar yang menempel dengan air mengalir.

6. Merendam planlet pada larutan fungisida

7. Memangkas daun dan akar tanaman untuk mengurangi penguapan

8. Menanam planlet pada bedengan/bak semai

9. Menyiram tanaman dengan menggunakan sprayer hingga diperoleh hasil semprotan yang lebih halus.

10. Membersihkan alat yang digunakan

Setelah tanaman selesai ditanam pada bedengan maka dalam rentang waktu 1- 1,5 bulan maka tanaman di pindahkan pada polybag. Dimana alat dan bahan yang diguanakan antara lain adalah polybag, gunting, media pertumbuhan ( tanah, pasir dan kompos ). Adapun prosedur pemindahannya adalah :

Ø Menyiapkan alat dan bahan

Ø Mencabut tanaman yang berasal dari bedengan

Ø Memotong akar ¾ bagian dan memangkas daun yang ada

Ø Memasukkan media tanah, pasir dan kompos dalam polybag

Ø Memisahkan tanaman yang menjadi satu rumpun hingga menjadi tanaman individu

Ø Menanam pada media yang telah disiapkan

Ø Membersihkan alat yang telah digunakan

Ø Menyiram tanaman yang baru dipindahkan tersebut

Setelah tanaman diaklimatisasi tahap selanjutnya adalah perawatan tanaman hasil aklimatisasi. Tanaman yang berada dalam bedengan diberi pupuk ZA 3 gr/liter setiap satu minggu sekali. Selain itu penyirman dilakukan setiap hari selain itu juga rumput perlu disiangi setiap satu munggu sekali. Sedangkan tanaman yang berada di polybag pemumupukan dilakukan setiap satu minggu sekali.

klik di sini......

Sabtu, 01 November 2008

Pemuliaan Tanaman

0 komentar

2. TUGAS 1

Kerjakan tugas berikut secara mandiri!

a. 1. Carilah informasi dari internet, pakar, textbook, atau industry di lingkungan Anda tentang jenis-jenis tanaman (minimal 3 jenis tanaman) yang sering dikembangbiakan melalui teknik kultur jaringan! Jelaskan alasannya mengapa jenis-jenis tanaman tersebut dikembangbiakkan melalui kultur jaringan!

Jawab:

1. Tanaman anggrek\

Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah sebagai berikut :


1. Perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.

·2. Perbanyakan generatif yaitu dengan biji. Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut.

Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek. Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1830.

2. Tanaman jati (berkayu)

Karena sekarang ini persediaan jati mulai menurun dikarenakan penebangan liar/ penjarahan. Akibat dari penjarahan ini, memang bukan hanya berdampak dalam masalah laba usaha yang menurun, tapi dari segi ekologis telah menyebabkan kerusakan hutan yang luas biasa sehingga dalam beberapa tahun terakhir, daerah Pulau Jawa memang di hadapkan pada bencana longsor dan banjir. Sedikit atau banyak, semua itu karena hutan di Jawa yang di dalamnya hutan jati rusak berat. Untuk merehabilitasi hutan, maka diperlukan bibit jati dalam jumlah besar dan cepat tumbuh. Oleh karena itu jati dikembangbiakkan secara kultur jaringan tanaman agar bila ditebang tidak harus menunggu hingga 40 tahun atau 60 tahun, tapi cukup sampai usia 20 tahun dengan bentuk jati lurus yang bisa dijual dengan harga relatif tinggi.

3. Tanaman pisang

Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi di Indonesia. Kendala pengadaan bibit unggul secara konvensional adalah sulit mendapatkan bibit yang berkualitas dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu bibit pisang diperbanyak secara kultur jaringan agar mendapatkan bahan tanam dalam jumlah besar dalam waktu singkat (Priyono et al., 2000).

2. TUGAS 2

a. Apakah tujuan yang ingin dicapai kultur jaringan tanaman?

Jawab: Tujuan kultur jaringan tanaman banyak sekali, diantaranya adalah untuk mendapatkan tanaman bebas virus atau penyakit, mendapatkan tanaman yang tahan terhadap stres, dapat memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau lambat diperbanyak secara konvensional.

b. b. Gottlieb Haberlandt merupakan orang pertama yang melakukan percobaan kultur jaringan. Apa yang dia lakukan? Bagaimana hasilnya dan jelaskan?

Jawab: Gottlieb Haberlandt, ahli botani dari Jerman dianggap sebagai pelopor dalam sejarah perkembangan kultur jaringan tanaman. Dalam publikasinya pada tahun 1902., Haberlandt mengemukakan bahwa sel tumbuhan yang diisolasi dan dikondisikan dalam lingkungan yang sesuai akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Namun, percobaan untuk membuktikan idenya itu menemui kegagalan. Hal ini diduga karena keterbatasan pengetahuan tentang hormone dan nutrisi tanaman pada waktu itu.

c. c. Jelaskan kontribusi yang diberikan oleh Gautheret, Skoog, dan Morel!

Jawab: a. Gautheret, 1934: kultur in vitro dari jaringan cambium tanaman berkayu dan perdu, tetapi gagal.

Gautheret, 1939: berhasil menumbuhkan kultur cambium tanaman wortel dan tembakau.

b. pada tahun 1951, Skoog dkk, menemukan bahwa senyawa fosfat anorganik dan senyawa organic adenine atau adenosine dapat merangsang pembentukan mata tunas. Pada tahun 1955, Carlos Miller dkk. (yang juga bekerja dengan Skoog) menemukan kinetin, suatu penemuan pertama hormone golongan sitokinin. Pada tahun 1957, Skoog dan Miller memublikasikan studi klasik tentang hubungan antara sitokinin dan auksin dalam mengontrol pembentukan akar dan tunas dalam kultur jaringan. Selanjutnya, pada tahun 1962, Toshio Murashige dan Folke Skoog memublikasikan formulasi media MS yang sampai sekarang terbukti cocok untuk kultur jaringan banyak tanaman dan banyak digunakan di laboratorium kultur jaringan di seluruh dunia.

c. Morel dan Martin, 1952: menemukan kultur meristem untuk mendapatkan tanaman Dahlia yang bebas virus. Keberhasilan pertama micro-grafting.





klik di sini......

Jumat, 22 Agustus 2008

Menanam Bibit Anggrek

2 komentar

TIPS MENANAM BIBIT ANGGREK

1. Siapkan media tanam: arang, akar pakis, moss, atau sabut kelapa. Rebus sampai mendidih, dinginkan, kemudian rendam dengan larutan physan + multi tonik dengan dosis masing-masing 2 cc/ l air selama 6 jam.
2. Keluarkan bibit anggrek dari botol dengan sepotong kawat yang dibengkokkan unjungnya (berbentuk V),atau pecahkan botolnya.
3. Bibit dicuci dan dibilas dengan air (sampai seluruh agar-agar lepas dari bagian akar), kemudian tiriskan di atas koran sampai kering angin.
4. Tanam secara kelompok.
5. Beri pupuk dengan physan + multi tonik dengan dosis masing-masing 2 cc/ l air secara rutin 1 x seminggu.
6. Sampai di tempat agak teduh + 25% cahaya matahari.
7. Setelah + 1 bulan, masing-masing bayi anggrek dipindah pada pot individu dengan media baru.
8. Teruskan perawatan,dengan kontrol kelembaban, pemupukan secara rutin, maka bayi ini akan berbung + 18 bulan kemudian.


TIPS MERAWAT ANGGREK

1. Simpan ditempat teduh, + 25% cahaya, atau di bawah nauangan pohon.
2. Kebutuhan air: siram sebelum media kering, pada pagi hari dengan interval3-4 x seminggu.
3. Kebutuhan pupuk atau nutrisi: larutkan 2 cc pupuk multi tonik pada 1 l air. Semprotkan pada seluruh bagian tanaman. Ulangi setiap minggu.
4. Pencegahan hama penyakit:
a. Untuk jamu, gunakan fungisida; antracol, atau dithine 2 gr/l air.
b. Untuk bakteri, gunakan; agreep atau agremicyne. Ikuti dosis sesuai anjuran pada kemasan.
c. Untuk serangga, gunakan; supracide atau curacron. Ikuti dosis yang dianjurkan (tertera pada kemasan).
5. Aplikasi pupuk, fungisida, dan insektisida dapat diberikan secara bersamaan (dicampur) dengan interval 1 x seminggu.
6. Penggantian media tana,m dilakukan 6 bulan/ tahun sekali. Pilihan media yang dapat dipergunakan adalah arang, akar pakis, atau sphagnum moss.
7. Degan pemeliharaan rutin, maka pohon anggrek akan tiumbuh dengan sehat dan berbunga sepanjang tahun.


TIPS MERAWAT KAKTUS

1. Simpan ditempat terang karena tanaman kaktus menyukai banyak matahari minimal 5 jam sehari.
2. Kenutuhan air: siram bila media tanam sudah kering, sampai basah (air siraman keluar dari lubang pot). Penyiraman berikutnya tergantung cuaca dan penguapan, biasanya 2-3 x seminggu.
3. Kebutuhan pupuk; larutkan pupuk multi tonik (2-3 cc/l air), kemudian siramkan pada media secukupnya dengan interval 2 minggu sekali.
4. Pengendalian/ pencegahan hama dan penyakit: larutkan physan + supracide + larutkan dalam air, kemudian semprotkan pada seluruh bagian tanaman dengan interval 2 minggu sekali.
5. Perbanyak: dengan stek dan biji.

Informasi lebih lanjut, hubungi (022) 2786321
Di ambi dari Rizal Orchid ketika kegiatan Out Sourching
 
 20 Agustus 2008.

Herna Budi.





klik di sini......

Alternatif Pengadaan Bibit Unggul

0 komentar

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.

Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan tanaman yang lebih cepat maka lahan-lahan yang kosong dapat c

KEUNTUNGAN PEMANFAATAN

KULTUR JARINGAN

¨ Pengadaan bibit tidak tergantung musim

¨ Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak

dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari

satu mata tunas yang sudah respon dalam 1

tahun dapat dihasilkan minimal 10.000

planlet/bibit)

¨ Bibit yang dihasilkan seragam

¨ Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (meng

gunakan organ tertentu)

¨ Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah

dan mudah

¨ Dalam proses pembibitan bebas dari gang

guan hama, penyakit, dan deraan lingkungan

lainnya

KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh
menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama
atau seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim
diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman anggrek.


klik di sini......

Herna`s Blog

Herna`s Blog

me & mom

me & mom
 

:: pamungkas :: | Copyright 2009 Tüm Hakları Saklıdır | Blogger Template by GoogleBoy ve anakafa | Sponsored by Noow!